Wednesday, February 1, 2012

Pembicaraan Sebuah Hati?

Tangisan itu kembali pecah. Ada apa? Hei! Aku hanya manusia biasa yang bisa terbawa angin dan terseret debur ombak! Apa lagi yang kau harapkan? Sebuah cacian tak akan berpengaruh dalam hati yang memang sudah hancur bertahun-tahun lalu. Tidakkah kau tahu hal itu?

Benarkah? Hatimu hancur? Hahaha... Kau hanya membuatku tertawa. Tertawa dengan begitu kencang dan begitu lantang. Bagaimana mungkin hatimu hancur jika sejak dulu kau memang tidak mempunyai hati? Bagaimana mungkin kau merasa kau memiliki hati padahal hatimu sudah jauh tertiup angin? Dan sekarang kau menangis?! Simpan saja semua air matamu yang busuk dan laknat itu! Tak seorang pun ingin tahu.


Tangisan itu kembali pecah. Lebih lantang dan lebih keras. Ada apa? Hei! Aku bukanlah malaikat yang senantiasa tersenyum dalam semua keadaan. Salahkah jika aku mati saja? Menenggelamkan diriku dalam kobaran api yang terbentang dalam lautan? Menerjunkan diriku pada dalamnya jurang hitam yang memiliki api menyala di bawahnya yang tak terlihat?

Pergi saja! Kau bahkan tak pernah becus mendengarkan. Kau tak pernah bisa menjadi sesuatu seperti ulat yang berubah menjadi burung merak. Kau layaknya sebuah batu yang terdiam dan menatap, berpikir dirinya adalah burung. Mati saja kalau kau mau! Aku akan tertawa saat hari pemakamanmu datang. Aku akan memasang lagu menghentak yang akan menggetarkan kuburanmu.

Tangisan itu kembali pecah. Lebih pelan dari sebuah isak tangis. Hei! Kau bahkan tak mengenalku! Bagaimana mungkin kau begitu yakin dengan diriku? Bagaimanapun juga aku tak ubahnya sebuah batu yang tertutup pasir untukmu. Aku hanyalah sebuah nista yang tak pernah kau anggap.

Karena aku yang telah membunuhmu.....

No comments:

Post a Comment