Friday, June 3, 2011

Terima Kasih Tuhan

Aku ingin becerita kepada kalian. Tentang sebuah rasa. Tentang waktu yang mempermainkan sebuah maknanya. Tentang asa yang begitu mencekam. Erat sehingga kau tidak akan bisa bernafas lagi.

Ya! Ini sebuah cerita tentang kehidupan! Bukan kehidupanmu ataupun kehidupan mereka! ini tentang kehidupanku. Yang pernah bermain dengan waktu yang menghujam diriku. Yang berjalan di atas panasnya bara api. Yang telah merasakan bahwa bulan tak selamanya menjadi sesuatu yang indah di balik pelangi yang temaram.


Ya! Ini cerita tentang kehidupannya! Yang telah menorehkan kata-kata dalam kehidupanku. Yang telah tersenyum begitu manis. Yang menjadikan badai sebagai angin sepoi sehingga mereka berhenti bertanya.

Dan cerita itu akan menjadi diriku sendiri. Ketika ia mulai menorehkan segumpal -yang dia sebut- kasih sayang di tubuhku. Namun, aku hanya akan menjadi sebuah kebisuan untuknya. Bahkan ketika aku mulai berusaha untuk menorehkan kata itu kembali!

Ini rasa! Tapi begitu memuakkan! Begitu menakutkan! Sedangkan ia sedang bermain dengan sebuah pena di atas tubuhku dan aku hanya terdiam menatapnya -dan sesekali mengikuti permainannya-. TIDAK!!

Aku tidak bisa menerima kata lebih jauh lagi! Ini hanya sebuah pengkhianatan pada Tuhan! Tuhan yg begitu menyayangiku! Ini sebuah pendustaan pada agama! Hanya sebuah topeng untuk semua senyuman yang kita berikan!!

Aku benci! Aku benci mengkhianati Tuhan! Aku benci menjadi seorang pendusta dengan berbagai topeng bodoh yang selalu menipu orang! Aku benci dengan asa yang akhirnya hanya menjadi sebuah kenistaan dalam sebuah kehidupan! Aku benci! AKU BENCI!!!

................................................................
................................................................
................................................................

Dan inilah akhir dari ceritaku. Yang sedang menuntun sebuah asa yang sesungguhnya. Yang tersenyum gembira menatap binar kehidupan yang sesungguhnya. Menatap orang-orang yang membuat dan mengukir kata yang benar-benar untukku. Mereka yang memberikan segumpal kasih sayang dengan sesungguhnya. Dan aku yang benar-benar ingin mengukir senja untuk mereka semua.

Dan inilah aku, berterimakasih kepada Tuhan yang memaafkan pengkhianatanku.
"Terima kasih, Tuhan!" :)

No comments:

Post a Comment