Thursday, April 14, 2011

Sebatang Lilin

Sebuah hati itu tampak seperti lilin. Bersinar, damai, tentram, mati. Begitu nyata seperti saat seseorang menjerit karena gelap. Dan semakin lama semakin meleleh. Bukan karena kesedihan yang menjambak habis kehidupannya. Bukan pula karena kepahitan hidup yang selama ini dijalaninya. Tetapi karena waktu yang menyuruhnya seperti itu.

Tapi hatinya adalah lilin. Bersinar kecil dan mengasihi. Seperti sebuah asa yang membuatkan angin sepoi untukmu. Seperti sebuah kata yang terurai menuju samudra yang luas. Seperti ombak yang membalut pantai dalam deburannya yang terkadang terasa begitu mengerikan.

Lalu dengan jelas kau dapat melihatnya bahwa ia memiliki hati seperti lilin. Mati begitu kau tiup dengan kencang dan memberimu kehidupan kelam yang tidak akan sanggup kau jalani. Karena hatinya tak ubahnya seperti bunga yang kau tanam di halaman rumahmu. Indah dan berwana-warni

Dan hatinya adalah sebatang lilin. tegak berdiri. Mengayomi semua yang memberinya kasih dalam kehidupannya yang lebih kelam dari penjara. Memberi kedamaian untuk semua yang tersenyum padanya seolah ia hanya orang biasa. Memberi kesejukan pada semua orang yang menyapanya sehingga ia merasa tampak.

Namun hatinya adalah lilin. Yang perlahan meleleh meninggalkan jejak dan berkata, "ingatlah aku! seseorang yang selalu menjadi lilin."

No comments:

Post a Comment