Wednesday, February 11, 2015

Keberuntungan Saya Dalam Skripsi

Mumpung lagi mentok ide buat skripsi, saya nulis dulu di blog yang sudah sangat lama tidak tersentuh ini. Huhuhuhu... Maaf ya bloggie.. Kamu tetap ada di hati saya kok, Bloggie.. *peluk bloggie*

Oke.. Karena saya sedang dalam proses mengerjakan skripsi, saya ingin menceritakan beberapa hal yang ada di otak saya mengenai skripsi. Ya, tidak begitu penting sebenarnya.. Tapi, ya sudahlah ya.. Saya hanya sedang ingin menulis. Lagipula, kalau bloggie nanti lama-lama ngga saya isi terus jadi sarang tikus dan kecoa, mau tanggung jawab? #therandomindri. Skip! Abaikan!Langsung saja ke intinya :)

Tulisan ini terinspirasi dari kalimat yang pernah saya dengar, yaitu "Ngga usah repot-repot cari topik buat skripsi, nanti juga kalau udah ketemu sama dosen pembimbing bakal dirubah lagi." That's a fucking bullshit for me! Buktinya, saya berhasil bertahan dengan topik saya dari awal hingga sekarang.

Tentu saja, saya beruntung karena mendapatkan pembimbing yang tidak memaksakan topik pada mahasiswanya. Tapi, siapa sangka selama satu semester, saya ulangi sekali lagi, SATU SEMESTER sebelumnya saya jungkir balik mencari data dan jurnal terkait apa yang ingin saya teliti. Satu semester sebelumnya saya sudah menyimpan baik-baik berbagai jurnal dan bahan terkait topik yang saya inginkan. Satu semester sebelumnya saya sudah mencari alasan kenapa saya ingin meneliti hal tersebut dan bagaimana cara saya akan melakukan penelitian tersebut. Dan selama satu semester, saya berusaha tetap fokus pada topik tersebut padahal saya kadang berpikir untuk meneliti hal lain yang lebih menarik. Semuanya terbayar saat saya bimbingan untuk pertama kalinya, saya sudah siap dengan data beserta alasan yang kuat. Mendapatkan pembimbing yang tidak memaksakan topik pada mahasiswa, saya rasa adalah salah satu jawaban Tuhan atas usaha keras saya di semester sebelumnya.

Membicarakan tentang keberuntungan,tulisan saya akan merambat ke berbagai hal yang saya rasakan dalam pengerjaan skripsi ini. Keberuntungan saya yang lain adalah, saya tidak perlu berurusan dengan birokrasi. Saya tidak perlu ke kesbang atau dinkes atau dinas pemerintahan apapun, saya bahkan tidak perlu membuat surat studi penelitian untuk mencari fenomena. Kenapa? Karena apa yang saya teliti sama sekali belum ada data statistiknya di Indonesia, saya cukup mencari fenomena melalui internet. Sebenarnya hal ini tidak pernah saya perhitungkan sebelumnya, saya baru menyadari hal ini ketika melihat teman-teman saya sibuk membuat surat stupen, dll. Hal ini membuat saya dapat lebih cepat untuk memulai pengerjaan latar belakang. Tapi, dibalik itu semua saya harus jungkir balik mencari materi terkait judul yang saya buat. Saya hampir tidak pernah ke perpustakaan untuk mencari referensi. Kenapa? Percuma! Tidak ada buku referensi yang bisa saya gunakan karena apa yang saya teliti termasuk 'langka' di Indonesia. Saya sangat bergantung pada laptop dan gadget untuk mencari referensi. Itu pun tidak ada yang berbahasa Indonesia, semua referensi terkait judul saya berbahasa inggris. Begitu pula dengan jurnal-jurnal yang saya temukan. Jika sebelumnya saya jungkir balik untuk mencari penguatan topik, kali ini saya jungkir balik untuk mencari penguatan judul dan materi. Menerjemahkan Inggris-Indonesia tanpa merubah makna itu sulit, saya pernah menghabiskan 3-4 jam untuk menerjemahkan satu paragraf karena saya tidak ingin skripsi saya terlalu banyak istilah bahasa inggris. Sekali lagi, keberuntungan saya mengenai surat-menyurat sepertinya adalah pemberian dari Tuhan.

Ada satu lagi keberuntungan yang saya dapatkan. Paling tidak, saya dilihat beruntung oleh orang lain. Kenapa? Karena saya mendapatkan dosen yang sangat baik untuk menjadi pembimbing saya. Ah, seandainya saja mereka tahu bahwa yang saya butuhkan bukan pembimbing yang baik, melainkan pembimbing yang dapat diajak diskusi. Ketika pertama kali bimbingan dengan beliau, saya tahu bahwa tantangan saya adalah dalam menyampaikan ide yang saya punyai. Saya bisa merasakan dari awal kalau saya dan beliau akan sulit berdiskusi dan menyatukan pikiran. Sialnya, beliau adalah pembimbing 1! Saya sudah sempat takut untuk tersendat dalam pengerjaan skripsi (serius!). Tapi, untunglah pada bimbingan selanjutnya saya dapat melihat celah untuk mendapatkan perhatiannya. Pada bimbingan tersebut, beliau mulai dapat saya ajak berdiskusi. Wish me luck untuk bimbingan selanjutnya! :D



salam,
Indri
(mahasiswa tingkat akhir yang lagi seneng mojok bareng skripsi sampe malem)
click utk lihat lebih lanjut...