Wednesday, October 15, 2014

Dear, Semutku..

Halo, semutku.. Apa kabarmu di sana? Apa kau baik-baik saja? Aneh rasanya melewati hari tanpa kabar darimu. Kau tidak membalas semua kontak yg kuberikan kepadamu. Apa kau sedang marah padaku?


Semutku.. Bukankah sudah kuberi kabar bahwa aku merindukanmu? Apakah kabar itu tidak tersampaikan? Haruskah aku berteriak lebih kencang pada angin? Ah, aku tidak begitu mengerti meski berpura-pura mengerti. Apa langkah yang sebaiknya kulakukan sekarang?

Semutku.. Kau mengenalku saat aku merasa terpuruk, kau menjadi temanku saat sayatan menjadi sahabatku, kau menjadi sahabatku saat kemarahan dan ego menjadi diriku, kau menjadi kekasihku saat aku lelah menghadapi dunia.

Semutku.. Kau tentu melihat perubahan pada gulamu ini. Dimulai dari kamar yang selalu terlihat bersih hingga ritual agama yang semakin menguat. Kurasa aku telah menemukan diriku keluar dari kegelapan. Kini aku merasa lebih baik, lebih bahagia, lebih utuh.

Tapi, Semutku.. Aku menjadi kehilangan kemampuanku untuk menjadi palsu. Tidakbada lagi berpura-pura baik atau berpura-pura jahat. Tidak bisa lagi berpura-pura tersenyum. Karena itu, dapat kuoastikan rasa sayangku padamu juga tidak palsu. Katena aku masih menyayangimu.

Semutku.. Maaf aku menyakitimu dengan perasaanku. Aku pernah sangat terbawa arus sehingga tidak berpikir. Kini aku berusaha menyeimbangkan hidupku, berpikir dgn perasaan dan merasakan dgn pikiran.

Semutku.. Beberapa hal dalam hidupku memang berubah tapi aku tetap menyayangimi.
click utk lihat lebih lanjut...