Friday, August 10, 2012

An Essay?

Seorang newbie membuat essay, dan beginilah hasilnya. Ini pun sudah hasil revisi sana revisi sini (makasih banyak buat yang udah mau direpotin :) ).. Tapi, entah kenapa saya merasa masih belum benar-benar sreg sama essay ini. Buat kalian yang udah lebih master dibandingkan saya, boleh dong kasih koreksi untuk essay ini. Baik dari segi isi maupun grammar. Untuk perhatiannya, saya ucapkan terima kasih :)


When I was child, I always dreaming to study abroad because I know that many country outside Indonesia has a better system for study in their school. I often think I can’t evolve if I always stay in one place. I don’t know why, but I always feel like I can make that dream.

I know that my parents can’t send me to study abroad, because their payments will not enough to conform my requirement if I study abroad. That’s why when I was a third grade student in senior high school, I often searched in the internet about scholarship. What a pity it’s really difficult to find an undergraduate scholarship. So, I keep looked for it until I become a college student. And when I find Global Undergraduate scholarship, I know that I want and I will try this chance.

Now, I am a student of Nursing Faculty in Padjajaran University. Honestly, nursing is my alternate choice and I don’t really know what will I learn in this faculty. I only choose nursing because I’m interesting with health sector. But now, when I have been studied here, I become love the knowledge that I get from my lecture. Why? Because in this faculty I learn about medical knowledge, pharmacist knowledge, psychologist knowledge, and the best reason why I love nursing is because caring become our main focused. It is not just for a theory but also we practice them everyday. That is why it’s really comfortable to study in nursing faculty – because we take care of each other.

And not only that, we are also being motivated to be active in organization. my lecturer always said, “in real life we can not only rely on our smartness but we ought to retread our soft skill.”

If I get this scholarship, I want to take nursing as my focus because, consider that USA as a developed country, I think there will be a different between what I had learnt in Indonesia and what I will learn in USA. Besides, I want to absorb the good habit of a student college in USA. Such as, active in class, brave to take risk when they get a hard task, etc. So, when I come back to my country I can share my experience to my friends and I wish there will be a better change for them. And, even I never tell anybody, my biggest dream is to be a profesional nurse and dedicated myself to work in remote areas. I want to take care of many people that sometimes is forgotten by the government, increase their level of health, and maybe sometimes, if I have a free time, teach the kids in that region to reading and writing. And I know that to reach my dream I have to have so much knowledge. Not only the knowledge about science that I get in my university, but also the knowledge about life, especially how to face many people with a different manner.
click utk lihat lebih lanjut...

Thursday, August 9, 2012

Pasang Surut Semangat Bermimpi

Ketika saya SD (atau SMP, saya lupa) jika ditanya ingin kuliah di mana, dengan yakinnya saya akan menjawab "oxford". Ya, dulu saya sangat ingin untuk bisa belajar di oxford. Tapi, semakin dewasa, mimpi saya justru smeakin luntur. Oxford bukan lagi menjadi universitas yang saya inginkan, tetapi hanya menjadi tempat yang ingin saya datangi. Itupun bukan keinginan yang sangat kuat, yaa... hanya berupa keinginan yang sekedarnya.

Ketika saya kecil, setiap malam saat saya akan terlelap di atas kasur, saya selalu membayangkan: jika nanti pagi saya terbangun dan membuka pintu, yang saya lihat adalah pemandangan Eropa yang sering saya lihat di televisi. Konyol memang! Tapi saya merasa bahwa saya memang bisa mewujudkan hal tersebut! Sekarang? Rasanya hal tersebut bukanlah hal realistis yang bisa saya perjuangkan.

Ya. Saya memang seorang pemimpi, tapi sayangnya saya bukan tipe orang yang bisa menjaga semangat dari mimpi tersebut. Mungkin karena di keluarga saya belum ada orang yang bisa 'mendobrak' kehidupan atau mungkin juga karena saya memang yang tidak bisa konsisten dalam menjaga semangat.

Sering terjadi dalam hidup saya, saat saya membaca cerita yang penuh motivasi, menonton film yang inspiratif, ataupun mengetahui biografi orang-orang sukses yang berawal dari mimpi, maka semangat saya akan muncul dengan membara. Tapi beberapa minggu kemudian (bahkan kadang hanya dalam hitungan hari), semangat itu akan padam. Tidak padam secara keseluruhan, saya masih bisa merasakan kepingan semangat tersebut. Ya.. Hm.. Hanya kepingan saja. Apa hal tersebut terjadi juga pada anda?

Belakangan, saya sering berpikir apa yang menyebabkan saya seperti itu. Dan jawaban yang saya dapatkan adalah, selain karena lingkungan yang kurang mendukung saya untuk menjadi 'pemimpi', mereka yang saya anggap inspiratif adalah orang-orang yang jauh dari jangkauan saya. Orang-orang yang tidak saya kenal. Orang-orang yang tidak bisa saya ajak berbicara untuk bertukar pendapat.

Karena, jujur saja, beberapa minggu terakhir saya menemukan a humble blog yang merupakan milik seorang dream catcher. Lalu saya membuat kontak dengannya. Mulai dari mengobrol bahkan menjadi seorang stalker! Hahaha...

Tiap kali semangat bermimpi saya padam, saya akan mengunjungi blognya dan meski saya sudah membaca postingan-postingannya berkali-kali tidak ada rasa bosan dalam benak saya untuk kembali membacanya. Dan setiap kali saya membaca postingannya, semangat mimpi itu kembali, getaran-getaran keyakinan itu datang :)
click utk lihat lebih lanjut...

Alasan Saya Mempelajari Agama Lain [1]

Pada hari itu, saya sedang mengobrol dengan salah seorang teman saya. Kami bernostalgia dengan masa-masa SMA kami, bagaimana awal kami bisa berteman. Lalu kami membicarakan tentang kuliah, ipk yang kami dapat, masalah-masalah dalam perkuliahan, tugas-tugas yang bertumpuk. Setelah itu kami mulai sedikit mengadakan diskusi (entah tentang apa, saya lupa) dan semakin lama -entah siapa yang memulai- diskusi kami mulai menyentuh tentang agama.

Dia sedikit tercengang mendengarkan saya berbicara tentang kebingungan saya tentang intoleransi, trinitas, awal mula terbentuknya kristen protestan, kesalahan-kesalahan manusia dalam mempelajari agama -dalam pandangan saya tentunya-, dll.

Saya akui, ilmu saya memang masih sangat sedikit dan masih perlu banyak belajar. Tapi bagi teman saya, hal tersebut merupakan hal yang baru. Lalu meluncurlah sebuah kalimat dari mulut teman saya tersebut, "Kenapa sih kamu tertarik buat mempelajari agama lain kaya gitu?"

Ya.. Kenapa?

Sebelum saya menjelaskan alasan saya, mungkin ada baiknya jika saya membeberkan sedikit latar belakang saya dulu di sini :)

Saya seorang perempuan yang dilahirkan di keluarga multi agama. Alhamdulillah, ibu saya adalah seorang muallaf. Mungkin banyak cerita bahwa jika seorang anak berpindah keyakinan maka ia akan dikucilkan oleh keluarga. Hal seperti itu tidak terjadi hanya pada film-film yang kita tonton. Pada kenyataannya, beberapa kali saya mendengar langsung bahwa hal tersebut memang terjadi.

Namun, alhamdulillah, Allah masih menyayangi saya dan keluarga saya. Hal tersebut tidak terjadi di keluarga saya. Meski keluarga dari ibu saya beragama protestan dan keluarga dari ayah saya beragama islam, tetap terjalin silaturahmi yang baik di antara kedua keluarga. Bahkan tak jarang jika saya sedang berjalan-jalan dengan keluarga dari ibu dan sudah masuk waktu shalat, mereka akan mengingatkan saya untuk shalat terlebih dahulu.

Dari situ saya mengerti tentang arti toleransi. Dan dari situ pula timbul pertanyaan besar pada diri saya mengapa banyak sekali orang yang tidak menghargai toleransi hingga menimbulkan permusuhan di mana-mana. Ditambah lagi pernah pada suatu hari ibu saya berkata, "Yahudi, Nasrani, dan Islam sebenarnya memiliki akar yang sama. Ketiga agama itu akarnya dari nabi Ibrahim." Nah lho.. makin bingung aja kan?

Akhirnya, tanpa saya sadari, saya mempelajari agama selain islam. Kok bisa belajar tanpa sadar? Tentu saja bisa! Karena awalnya saya hanya penasaran seperti apa agama nasrani itu hingga sulit berteman dengan islam, maka saya banyak bertanya tentang ajaran agama nasrani pada ibu saya, membaca buku-buku tentang nasrani, membaca al-kitab -injil, dan tentu saja Qur'an juga jadi salah satu sumber saya.

Dan saya cukup terkejut ketika menemukan beberapa ajaran nasrani yang tidak berbeda jauh dengan islam. Dan semakin membuat saya heran kenapa banyak orang yang masih juga bermusuhan dilandasi dengan kata 'agama'.

Baiklah! Lalu apa keuntungan bagi saya jika mempelajari agama lain? Hm.. Maybe in next post :)
click utk lihat lebih lanjut...